Sepatu Kulit Produk UMKM Medan Tembus Pasar Malaysia

Redaksi - Selasa, 12 Maret 2024 09:37 WIB
Istimewa
bulat.co.id - MEDAN | Sepatu kulit hasil produksi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Chaniago Jaya, yang berada di Jalan Rahmad Komplek Industri PIK No 01, Medan, ternyata mampu menembus pasar Malaysia.

Bahkan hingga saat ini, sudah lebih ratusan pasang sepatu kulit hasil karya anak Medan ini dikirim ke negeri jiran tetangga.

"Sejak Covid-19 sudah tidak ada lagi pesanan dari Malaysia. Sebelum itu ada, sekali pesan jumlahnya cukup banyak beberapa bal," ujar Joni Sapril Chaniago, pemilik Chaniago Jaya.

Joni mengatakan orang Malaysia itu yang datang langsung ke tempatnya untuk mengambil pesanan ketika sudah selesai. Sedangkan pesanan bisa dilakukan secara online.

"Mereka sendiri yang ambil sepatunya kalau udah jadi, mereka bawa ke Malaysia. Katanya untuk dijual lagi," jelasnya.

Pekerjaan membuat sepatu sudah digeluti Joni sejak puluhan tahun lalu, bahkan dia sudah mengenal dunia tentang sepatu sejak duduk di bangku SMP. Kala itu dia memilih merantau dari kampungnya di Sumatera Barat ke Medan, niatnya untuk melanjutkan pendidikan.

Akibat keterbatasan biaya dari orang tua, Joni mau tidak mau harus bekerja dan menghasilkan uang ketika sudah di Medan. Uang hasil bekerja itu digunakan Joni untuk memenuhi kebutuhan hidup dan membayar biaya sekolah.

"Dari SMP sampai SMA saja kerja untuk biaya sekolah. Merantau ke Medan tinggal sama keluarga, tentu juga ingin mandiri," jelasnya dikutip detik sumut, Selasa (12/3/24).

Ketika memiliki keinginan bekerja, dia pun diperkenalkan dengan dunia sepatu. Sejak saat itu Joni belajar dan diawali bekerja sebagai kernet.

Bekerja yang berhubungan dengan sepatu dijalaninya sampai tamat SMA. Pasca lulus SMA muncul keinginan Joni bekerja di kantoran.

Sejumlah lamaran pun dikirimkan ke beberapa perusahaan. Akhirnya salah satu perusahaan alat kesehatan menerimanya untuk ditempatkan di bagian marketing.

Tidak lama Joni bekerja di Medan, perusahaan tersebut memindahkannya ke Bangka Belitung. Selang beberapa tahun bekerja, Joni dipindahkan lagi ke Jakarta.

Beberapa tahun tugas di Jakarta, dia memilih untuk kembali ke Medan. Saat itu keinginan membuat usaha sepatu sendiri pun muncul.

"Kalau tidak salah berhenti bekerja dari Jakarta itu 2002 lalu. Setelah itu sempat bekerja lagi di tempat orang membuat sepatu sembari mengumpulkan uang (modal)," katanya.

Setelah tabungan dirasa cukup, keberanian membuka usaha sendiri dan memproduksi sepatu sendiri muncul. Selain sepatu, kala itu ada juga orderan membuat sendal.

"Ada modal sedikit hasil tabungan ketika bekerja mulai usaha sendiri, bikin sepatu sendiri. Dari sanalah kenal BRI untuk pinjaman," katanya.

Tidak hanya sekali, ada tiga kali permohonan KUR yang diajukannya ke BRI cabang Sukaramai. Semuanya disetujui.

"Awal mulanya dari Rp 5 juta, Rp 15 juta dan Rp 25 juta. Modal itu digunakan untuk menambah modal usaha karena ada orderan. Biasanya kalau pemerintahan kan pembayarannya menunggu minimal satu bulan, dipakai untuk menutupi itu," jelasnya.

Di awal menjalankan usaha sendiri, Joni lebih banyak mendapat orderan atau pesanan untuk membuat sepatu harian. Karena merasa sering dipermainkan soal harga oleh pemilik grosir yang menerima sepatu dan sandal buatannya, Joni memutuskan beralih dari membuat sepatu harian menjadi sepatu kulit tempahan.

"Kalau sepatu tempahan itu ketika ada yang order atau pesan baru dibuat. Jadi hemat di tenaga, biaya juga," tuturnya.

Rezekinya pun berdatangan setelah itu, dia mendapatkan banyak orderan mulai dari instansi hingga pribadi. Tidak hanya di Medan, ada juga pesanan yang datang dari luar kota dan luar negeri.

"Luar negeri yang saya bilang tadi Malaysia. Kalau luar kota itu ada Aceh dan Pekanbaru. (Ada) 32 sekolah se Provinsi Aceh (yang pesan 2022) tahun sebelumnya lagi dari Pekanbaru, perusahaan konstruksi, ada kita produksi sepatu safety," jelasnya.


Joni mengatakan biasanya dia mendapat orderan jelang masuk tahun ajaran baru sekolah. Sepatu untuk guru, sepatu kegiatan drumband merupakan jenis orderan yang biasa diterimanya dari luar kota ketika masuk tahun pelajaran baru.

Hanya saja diakuinya orderan sepatu tempahan tahun ini belum banyak. Sehabis lebaran dia memprediksi pesanan baru akan masuk. Karena orderan masih sedikit, jumlah pekerja pun disesuaikannya.

"Total pekerja hari ini tiga orang. Biasanya empat, mereka buruh harian lepas. Kalau di sini orderan kurang mereka cari tempat lain, nanti dipanggil lagi ketika ada orderan," bilangnya.

Secara khusus Joni tidak pernah menghitung jumlah produksinya, karena tergantung pesanan. Namun, beberapa waktu lalu ketika pesanan banyak dia bisa memproduksi 3 ribu pasang sepatu dalam kurun waktu 2,5 bulan "Kapasitas itu 2 pekerja untuk 100 pasang sepatu," jelasnya.

Meski orderan dari Malaysia tidak muncul lagi, sepatu buatannya kini banyak diorder oleh instansi pemerintahan yang ada di Kota Medan. Hal itu disebutnya karena ada kebijakan Wali Kota Medan Bobby Nasution yang meminta ASN memakai produk UMKM.

"2023 lalu memang orderan terbanyak dari dinas-dinas, kantor camat dan sebagainya. ASN lah. Kalau kantor pemerintahan itu biasanya orderan melalui e-katalog," tuturnya.

Editor
: Hendra Mulya

Tag:

Berita Terkait

Medan

Dorong UMKM Manfaatkan Peluang di Pasar Global, Pj Gubernur Sumut Agus Fatoni Lepas Ekspor Perdana Kerupuk Ikan Patin ke Malaysia

Medan

Inilah Top 10 SMA Terbaik di Sumatera Utara, No 1 Bukan Dari Kota Medan

Medan

LBH Medan Laporkan Kapolda dan Dirreskrimsus ke Propam soal Kasus PPPK Langkat

Medan

Ketua SPK PKN Nasional Raih Gelar S2 Magister Manajemen Universitas Medan Area

Medan

Pemkot Medan Tambah Lagi Waktu ke Mal Centre Point Lunasi Tunggakan

Medan

LBH Medan : Penuntasan Kasus Wartawan Meninggal Terbakar Bersama Keluarga di Karo Harus Secara Adil dan Mencerminkan Integritas Penegakan Hukum