Cerita Anak Penjual Gula Jawa yang Raih Gelar Profesor di UGM

Redaksi - Jumat, 02 Februari 2024 14:30 WIB

Warning: getimagesize(https://cdn.bulat.co.id/uploads/images/2024/02/_9543_Cerita-Anak-Penjual-Gula-Jawa-yang-Raih-Gelar-Profesor-di-UGM.png): failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u729743767/domains/bulat.co.id/public_html/amp/detail.php on line 166

Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u729743767/domains/bulat.co.id/public_html/amp/detail.php on line 167

Notice: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u729743767/domains/bulat.co.id/public_html/amp/detail.php on line 168
Istimewa
bulat.co.id - JAKARTA | Prof Sarjiya dikukuhkan sebagai Guru Besar UGM pada Kamis, 1 Februari 2024. Momen haru menyertai ruang Balai Senat UGM itu.Saat membacakan pidato pengukuhan, suara Sarjiya bergetar. Ia harus berhenti sejenak untuk menyeka air matanya yang mengalir deras.

Anak dari Pedagang Gula Jawa Sarjiya lahir di Kulon Progo dari keluarga sederhana. Ayahnya, Pujidiyono, sehari-hari bekerja sebagai buruh tobong labor atau pengrajin gamping. Sedangkan ibunda, Sumirah, bekerja sebagai pedagang gula jawa yang setiap harinya berkeliling untuk menjajakan dagangannya.

"Bapak dan Ibu waktu itu berani membuat keputusan untuk mengizinkan dan membiayai saya melanjutkan sekolah," katanya dalam laman UGM dikutip Jumat (2/2/24).

Kedua orang tuanya tidak memiliki kemampuan baca dan tulis karena tidak pernah bersekolah. Kendati demikian, keduanya tetap gigih menyekolahkan dirinya meski keputusan itu harus mengorbankan pendidikan adik perempuannya.

"Secara khusus saya mohon maaf kepada adikku, Suparsih, yang waktu itu terpaksa tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA, meskipun dengan nilai ujian SMP yang sangat baik, karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah kita berdua secara bersamaan. Semoga pengorbanan kakak-kakak dan adikku mendapatkan imbalan kebaikan yang lebih banyak dari Tuhan Yang Maha Esa," ujarnya.

Usai menyampaikan pidato, Sarjiya langsung mendatangi ibunda sambil bersujud. Selanjutnya ia menyalami empat saudara perempuannya. Sayang, ayahnya tidak hadir di momen pengukuhan dirinya karena sudah berpulang.

"Maturnuwun Bu," kata Sarjiya terbata-bata.

Sarjiya menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengkol, Kulon Progo tahun 1987 lalu lanjut bersekolah di SMP Brosot tahun. Ia menamatkan SMA di SMAN 1 Teladan Yogyakarta tahun 1993. Barulah ia diterima kuliah di S1 Teknik Elektro UGM.

Tak berhenti saat sarjana, Sarjiya lanjut berkuliah di Magister Teknik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik. Kemudian menekuni Pendidikan doktor di prodi Electrical Engineering, Chulalongkorn University, Thailand.

Dalam pidato pengukuhannya, Sarjiya mengatakan untuk menuju transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia diperlukan dalam rangka pemanfaatan secara optimal seluruh potensi energi baik terbarukan maupun non terbarukan.

Dengan karakteristik intermitensinya, integrase potensi variable renewable energy ke dalam grid untuk memenuhi kebutuhan energi nasional menghadapi banyak tantangan. Oleh karena itu, ia menyoroti diperlukan inovasi dalam perencanaan dan operasi sistem tenaga untuk memastikan layanan energi listrik yang handal, aman, berkualitas.

Editor
: Hendra Mulya

Tag:

Berita Terkait

Pendidikan

Panas Ekstrem! Warga Pemalang Lebih Memilih Beraktivitas pada Malam Hari: Sampai Tembus ke dalam Sepatu

Pendidikan

Seorang Anak SD Tewas Ditabrak KA di Desa Firdaus 

Pendidikan

Kejari Padangsidimpuan Gelar Rakor Tim Pakem Tahun 2024

Pendidikan

Warga Karimun Tewas Usai Selamatkan Anak Tenggelam

Pendidikan

Anak Mantan Bupati Sergai Resmi Daftar ke Partai Demokrat sebagai Bacawabup

Pendidikan

Pertukaran Tebusan Gagal, Pelaku Penculikan Anak di Simalingkar Medan Nyaris Babak Belur Dihajar Massa